Sabtu, 05 April 2008

Kisah Umar dan Sha'sha'ah


Abu Musa Al-Asy'ari mengirim uang zakat sebesar 1 juta Dirham kepada Umar bin Khathab. Setelah kiriman itu sampai, Umar langsung membagi-baginya kepada yang berhak menerimanya. Ternyata masih ada sisa, orang-orang pun berbeda pendapat, kepada siapa sisa itu hendak dibagi.
Umar mengumpulkan orang-orang dan berpidato,
"Wahai sekalian manusia, setelah harta dibagi kepada orang-orang yang berhak, ternyata masih ada sisa. Aku ingin meminta penadapat kalian dan apa usulan kalian?"
Sha'sha'ah, yang kala itu masih anak-anak, berkata. Tentu saja setelah meminta izin Amirul Mukminin, Umar,
"Orang itu meminta pendapat kepada yang lain kpada permasalahan yang di dalam Al-Qur'an tidak ada. Ketika ada di dalam Al-Qur'an, dan setelah dibagi kepada orang-orang yang berhak, berikan kepada siapa saja yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla."
Amirul Mukminin berkata,
"Kamu benar, Sha'sha'ah. Kamu bagian dariku dan aku bagian darimu."
Dan Umar pun membaginya kepada kaum Muslimin.

Masyarakat Yang Dicintai Allah


Setiap manusia mempunyai cita-cita, target, dan impian yang didambakan dalam hidupnya. Untuk itu ia mengerahkan segala potensi dan upayanya demi meraih cita-cita dan harapannya tersebut. Bahkan, demi sebuah prestasi yang diimpikannya ia rela tidak mengindahkan nilai dan norma-norma yang berlaku. Lebih ironis lagi ada yang rela menyakiti dan mengorbankan orang lain demi ambisinya.
Orang beriman menjadikan puncak cita-cita dan harapannya adalah meraih ridha dan cinta Allah. Maka ia mengerahkan segala potensi demi meraih cita-cita itu. Di dalam sebuah hadits Qudsi Rasulullah saw.meriwayatkan firman Tuhannya,
"Pastilah akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena-Ku. Pastilah akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang menyambung kekeluargaan karena-Ku. Pastilah akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang yang saling menasihati karena-Ku. Dan pastilah akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang yang saling member karena-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku akan mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya. Yang membuat iri para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada."
Hadits di atas diriwayatkan Imam Ahmad di Musnad-nya dan Imam Malik di Al-Muwaththa'-nya.
Hadits ini juga menjadi dasar bagi tegaknya sebuah masyarakat yang saling mencinta, saling menyambung silatur-rahim, saling menasihati, dan saling membantu antar sesama mereka karena Allah semata. Dan jika nilai-nilai tersebut ditegakkan dalam tataran kehidupan berkeluarga, persahabatan, dan sosial. Tentu akan terwujud keluarga da masyarakat yang kuat, solid, saling peduli dan saling membatu antar sesama karena Allah. Yang karena itu mereka berhak mendapatkan cinta Allah.
Cinta sejati seorang mukmin kepada saudaranya lahir dari keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Ikatan keimanan bersifat baka dan permanen, sedangkan ikatan lain selain keimanan bersifat fana dan sementara. Hati tidak bisa dipautkan oleh dunia dan harta (QS 8:63). Selain mendapatkan cinta Allah, orang-orang yang saling mencintai karena-Nya juga akan mendapatkan kelezatan iman dan naungan di hari dimana tidak ada naungan selain naungan Allah.
Jalinan cinta kasih sesama orang beriman harus dirawat. Dan jika ada gejala-gejala gangguan atas jalinan itu harus dicarikan solusinya. Silatur-rahmi adalah sarana untuk memelihara keutuhan cinta sekaligus sebagai terapi jika ada borok di dalamnya. Imam Nawawi di Syarah Shahih Muslim mengatakan, Silatur rahmi adalah berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang bersilatur-rahmi dan disilatur-rahmi. Kadangkala dengan materi dan kadangkala dengan pelayanan. Juga kadangkala dengan mengunjungi atau mengucapkan salam.
Nasihat menasihati juga sebagai sarana merawat cinta kasih. Nasihat disampaikan ketika terjadi penyimpangan dari nilai-nilai Allah atau untuk menguatkan agar tetap berada pada nilai itu. Budaya nasihat menasihati perlu ditegakkan di dalam masyarakat kita. Dahulu, orang-orang shalih biasa datang ke ulama untuk meminta nasihat. Bahkan para raja dan khalifah sengaja mendatangkan ulama untuk meminta nasihat.
Nasihat harus tulus disampaikan karena mengharapkan ridha Allah. Agar kesombongan dan merasa lebih baik tidak merasuk ke dalam diri penasihat dan agar yang dinasihati tidak merasa berhutang budi dan lebih hina. Baik penasihat atau yang dinasihati adalah partner bagi tegaknya amal saling menasihati
Saling membantu dan tolong menolong adalah keniscayaan dalam masyarakat. Karena secara sunnatullah kondisi masing-masing orang tentu berbeda-beda. Susah dan senang, beruntung dan tida beruntung, kaya dan miskin, kenyang, lapar, sehat , sakit. Jika hal itu dilakukan karena cinta kepada Allah, maka akan terjadi tadhamun ijtima'i (jaminas sosial) bagi anggota masyarakat.
Selain masyarakat itunampak sangat harmonis, tenggang rasa, saling menghormati, saling peduli. Allah juga mencintai mereka dan para malaikat pun mendukung mereka. Dari Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, malaikat memanggil seraya berkata, 'Bagus kamu dan bagus pula perjalananmu. Lalu kamu akan menempati suatu tempat di surga.'" (HR Tirmidzi).

Bismillah

Bsimillahirrahmanirrahim
Terima kasih kepada kak Mukh yang bikinin blog ini, sambil nunggu hujan di Raihan Rawamangun, juga sambil nunggu kak War yang lagi ikut training motivasi. Agar ada tempat untuk melemparkan uneg-uneg. Uneg-uneg tentang hidup sebentar ini. Ya sebentar sekali. Kita semua sedang menunggu saat dieksekusi. Kapan? Hanya Yang Menciptakan hidup itulah yang mengetahui kematian. Ya gitu aja dulu lah. Mau makan malam
Semoga bermanfaat